Jumat, 24 April 2015

artikel bisnis



MODEL PEMBERDAYAAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)
SEBAGAI SUMBER PENDANAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
(UMKM) DI KABUPATEN GIANYAR
Ni Luh Putu Wiagustini(1)
I Gusti Bagus Wiksuana(2)
Desak Ketut Sintaasih(3)
Ida Ayu Nyoman Saskara(4)
(1)(2)(3)(4)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Email: wiagustini@yahoo.com
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah mengidentifiksi varibel-variabel penentu keberhasilan LPD dan merumuskan strategi pemberdayaan dan program kerja LPD sebagai sumber pendanaan UMKM. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Gianyar pada 142 LPD sebagai sampel penelitian, data dianalisis dengan tehnik analisis SWOT
( Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat ). Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa posisi strategis LPD Kabupaten Gianyar pada saat ini memiliki daya saing kategori kuat dan daya tarik kategori sedang. Strategi yang sebaiknya diterapkan agar nantinya LPD Kabupaten Gianyar memiliki daya tarik kuat dan daya saing kuat sebagai sumber pendanaan UMKM adalah strategi Growth and Build yang meliputi (1) Strategi
penetrasi pasar yaitu peningkatan nasabah lebih aktif melalui sistem jemput bola kepada UMKM yang ada pada daerah wilayah LPD yang bersangkutan; (2) Pengembangan produk yaitu sebagai sumber pendanaan UMKM dengan sistem pola bagi hasil.

Kata kunci : strategi growth and build, sistem pola bagi hasil

Abstract
This research is aimed to indentify the defining variables of the success of Village Installment Institution and composing the empowerment strategy and work plan as founding source of Middle and Micro Business. 142 Village Installment Institutions in Gianyar Regency are taken as samples in this research. They are taken based on their performance by using Stratified Random Sampling. In addition, SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) is used as the analysis tool in this research. Based on the result of analysis, it is
found that recently, Village Installment Institution in Gianyar Regency has strong competitive quality and middle attractive quality. The suggested strategies to improve the competitive and attractive quality as Middle and Micro Founding Institution are Growth and Build strategy. The strategy covers the market penetration strategy-active improvement by using pick up system to middle and micro business in its area, and product development – as middle and micro business founding source by using profit sharing.

Keywords: growth and build strategy, profit sharing system.





PENDAHULUAN

Siu (2001) menjelaskan bahwa Micro Finance Institution yang di Indonesia disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga yang menyediakan jasa keuangan kepada masyarakat miskin dan keluarga berpendapatan rendah (serta kegiatan usaha skala mikro mereka), memungkinkan mereka mengelola dengan lebih baik resikonya,
mencapai pola konsumsi yang konsisten, serta mengembangkan basis ekonominya. Pantoro (2008) mengungkapkan bahwa latar belakang dibutuhkannya LKM adalah; Pertama, sebagai salah satu instrumen dalam rangka mengatasi kemiskinan. Masyarakat miskin pada umumnya mempunyai usaha skala mikro. Kedua, LKM dibutuhkan karena menjadi salah satu instrumen pengembangan pasar keuangan mikro. Secara pragmatis, pasar keuangan mikro merupakan aspek keuangan dari semua proses ekonomi di segmen mikro yang meliputi segala sesuatu yang menyangkut tabungan dan kredit usaha. Salah satu LKM yang ada di Bali adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD, adalah merupakan jenis LKM milik desa adat/pekraman di Bali, yang keberadaannya pertama kali dilandasi oleh Perda Tingkat I Bali No 06 Tahun 1986. LPD memiliki beberapa tujuan (Mantra, 1986 :326) : (1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif; (2) Memberantas sistem ijon, gadai gelap, dan lain-lain yang bisa disamakan dengan itu di daerah pedesaan; (3) Menciptakan pemerataan dan kesempatan kerja bagi warga pedesaan; (4)
Menciptakan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan pertukaran di Desa. Keberadaan LPD menjadi lebih diperhatikan sebagai LKM,
terlihat dari Peraturan Daerah Provinsi Bali kembali mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No 8. Tahun 2002 disertai Keputusan Gubernur
yang mengatur pendirian, lapangan usaha, modal, organisasi, rencana kerja dan anggaran, pelaporan dan pengawasan, serta pembinaan LPD.Penelitian yang ada tentang LPD mengungkapkan bahwa Pemberdayaan LPD sangat berperan dalam
mendorong penggalian dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam rangka pembangunan pedesaan dalam arti luas. Gunawan, (2009); menemukan bahwa budaya organisasi, gaya kepemimpinan, motivasi dan kepusan kerja berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada LPD. Selanjutnya Riana et al., (2011) menemukan bahwa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik berpengaruh positip signifikan terhadap kepemimpinan dan kepusan kerja; Motivasi belum mampu meningkatkan kinerja LPD itu sendiri; pada sisi lain motivasi berpengaruh positip signifikan terhadap kinerja LPD melalui kepemimpinan dan kepuasan kerja. Ramantha, (2006) mengungkapkan jika Kesehatan LPD dinilai dengan menggunakan CAMEL, perlu disadari bahwa kelima komponen
tersebut memiliki hubungan yang sangat eratantara yang satu dengan yang lain, tidak satu pun di antara komponen tersebut yang bisa diabaikan walaupun komponen yang lain memiliki bobot yang sangat tinggi. Selanjutnya Gunawan (2009), juga melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor Kinerja Organisasi Lembaga Perkreditan Desa di Bali (Suatu Pendekatan Perspektif Balanced Scorecard), menemukan bahwa faktorfaktor perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi LPD dan perspektif finansial merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja organisasi LPD. Penelitian tentang LPD yang telah diuraikan, menekankan pada aspek pengelolaan organisasi dikaitkan dengan kinerja LPD, pengukuran kinerja LPD dengan pendekatan Balance Scorecard, dan penilaian kesehatan LPD dengan CAMEL. Kajian-kajian tersebut belum ada yang mengungkapkan bagaimana model pemberdayaan LPD sebagai sumber pendanaan UMKM, sehingga diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini memfokuskan kajian tentang bagaimana model pemberdayaan LPD sebagai sumber pendanaan UMKM. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel penentu keberhasilan LPD dan merumuskan strategi pemberdayaan dan program kerja LPD sebagai sumber pendanaan UMKM. Manfaat teoritis yang diharapkan penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi dalam bentuk empiris pada teori penguatan LKM, khususnya LPD di Bali serta manfaat praktis bagi LPD sendiri dan Pengawas LPD (PT Bank Pembangunan Daerah Bali dan Pengawas Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten),
diharapkan dapat memberikan informasi, sebagai dasar pengambilan keputusan tentang pengembangan LPD dimasa yang akan datang.



METODE
Kabupaten Gianyar sebagai lokasi penelitiana ini, karena jumlah UMKM yang ada di Kabupaten Gianyar paling Banyak di Bali. Populasi adalah seluruh LPD di Kabupaten Gianyar yang berjumlah 219 unit. Sampel diambil sebanyak 142 unit dengan menggunakan menggunakan rumus slovin (Umar, 2003:108) yaitu :
Keterangan :
n = ukuran sample
N = ukuran populasi
e = prosentase kelonggaran kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir (5%)
Berdasarkan rumus slovin, maka besarnya
sampel penelitian :
Pengambilan sampel dengan Stratified Random Sampling, berdasarkan atas status kesehatan LPD yang memiliki katagori sangat sehat, sehat, dan cukup sehat sesuai data Bank BPD Bali sebagai pembina teknis LPD di Bali. Stratified Random Sampling dipergunakan untuk mendapatkan data yang representatif pada masing-masing LPD berdasarkan tingkat kesehatannya. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan Teknik analisis data adalah dengan
Analisis SWOT, yang merupakan analisis terhadap variabel lingkungan suatu perusahaan atau industri yang dapat menciptakan strength, weakness, opportunity dan Threat. Analisis SWOT terhadap LPD di Kabupaten Gianyar terdiri beberapa tahapan yaitu sebagai berikut 1) mengidentifikasi faktor-faktor strategis. Merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam analisis SWOT yaitu melakukan identifikasi faktor-faktor strategis LPD baik dari lingkungan internal maupun eksternal. 2) memberikan pembobotan terhadap faktor-faktor strategis. Pembobotan diberikan oleh tim penilai berdasarkan tingkat kepentingan dari pengaruh faktor-faktor strategis terhadap kesuksesan perusahaan. Total nilai pembobotan untuk seluruh komponen faktor faktor strategis masing-masing adalah 1,00 untuk lingkungan internal dan eksternal. 3) penilaian terhadap faktor-faktor strategis. Setelah dilakukan pembobotan, selanjutnya tim penilai memberikan penilaian pada masing-masing indikator strategis dengan menggunakan skala likert dimana tim penilai diminta untuk memberikan nilai terhadap setiap indikator faktor strategis dengan memilih salah satu dari 4 skala berjenjang yaitu :Sangat baik, dengan nilai 4; Baik, dengan nilai 3; Kurang, dengan nilai 2; Sangat kurang, dengan nilai 1. 3) menentukan rentang nilai/interval. Rentang nilai ini diperlukan untuk memposisikan lingkungan eksternal pada peluang dan ancaman serta lingkungan internal pada kekuatan dan kelemahan. Untuk menentukan interval dipergunakan rumus sebagai berikut :


Interval = Rentang Nilai
Kelas
Interval = 3
                4
             = 0,75
Sedangkan garis pembatas (cut point) adalah :
Cut Point = Total Nilai Kelas
= 4 +3+2+1
         4
= 10
    4
= 2,5
Jadi nilai yang diperoleh di atas 2,5 merupakan peluang dan kekuatan, sedangkan jika nilai yang diperoleh di bawah 2,5 maka merupakan ancaman dan
kelemahan. 4) Memposisikan nilai yang diperoleh dalam diagram Matrik Internal dan Eksternal (IE). Hasil dari skor masing-masing faktor dimasukkan ke dalam matrik internal dan eksternal untuk mengetahui posisi Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Gianyar, setelah dimasukkan kemudian dapat ditentukan strategi pemberdayaan yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi faktor-faktor strategis yang menentukan
keberhasilan LPD,

Penentuan faktor-faktor strategis yang menentukan keberhasilan LPD, dalam penelitian ini
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada pihak yang kompeten atau memahami tentang kinerja LPD, yang meliputi akademisi, praktisi LPD (manajer KUD), pengawas LPD dalam hal ini adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali dan Pengawas Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten (PLPDK), dengan jumlah keseluruhan yang mengisi kuesioner adalah 20 orang yang terdiri dari 9 orang akademisi, 6 orang Praktisi, dan 5 orang pengawas. Jumlah tersebut dianggap mewakili, karena permasalahan LPD relatif homogen dan orang-orang tersebut sangat memahami tentang keberadaan LPD baik saat ini maupun prediksinya dimasa yang akan datang. Faktor-faktor strategis yang teridentifikasi menentukan keberhasilan LPD yang terdiri dari faktor strategis internal dan eksternal, yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menggambarkan bahwa ada 13 faktor strategis internal dan 10 faktor strategis eksternal yang teridentifikasi menentukan keberhasilan LPD. Faktor strategi internal atau sering disebut faktor lingkungan internal akan menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan/industri yang bersangkutan. Jika faktor lingkungan internal berpengaruh positif akan menjadi kekuatan, dan bila berpengaruh negatif akan menjadi kelemahan. Faktor strategis eksternal yang disebut juga faktor lingkungan eksternal merupakan peluang atau ancaman bagi perusahaan/industri. Jika berpengaruh positif
akan menjadi peluang, dan jika berpengaruh negatif akan menjadi ancaman.

Tabel 2. Faktor Srategis Internal dan Eksternal Penentu Keberhasilan LPD

Sumber: berbagai pendapat dan publikasi, dikembangkan untuk penelitian
No Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Eksternal
1 Jumlah Kredit yang disalurkan Laju pertumbuhan ekonomi Bali
2 Jumlah Dana Pihak Ketiga (Tabungan dan Deposito) Suku bunga pinjaman
3 Tingkat bunga Kredit LPD Dukungan permodalan dari Pemerintah
4 Kebijakan penyaluran kredit Inflasi
5 Kualitas pelayanan Sikap masyarakat
6 Dukungan promosi Budaya /istiadat masyarakat Setempat
7 Kualitas sumber daya manusia Perkembangan jumlah UMKM
8 Kompetensi SDM Perkembangan jumlah lembaga keuangan
9 Loyalitas SDM Kebijakan pemerintah daerah
10 Budaya Organisasi (LPD) Perkembangan teknologi informasi
11 Komitmen dan kompetensi pengurus
12 Dukungan peralatan administrasi dan komunikasi
13 Sistem Pengendalian akuntansi

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan atas uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan 1) Varibel-variabel penentu
keberhasilan LPD sebagai sumber pendanaan UMKM terdiri dari faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal. 1.1) Faktor strategis internal akan menjadi kekuatan atau kelemahan LPD yang bersangkutan. Jika faktor lingkungan internal berpengaruh positip akan menjadi kekuatan, dan bila berpengaruh negatip akan menjadi kelemahan. Faktor strategis internal LPD Kabupaten Gianyar yang teridentifikasi terdiri dari jumlah kredit yang
disalurkan, jumah dana pihak ketiga, tingkat bunga kredit LPD, kebijakan penyaluran kredit, kualitas pelayanan, dukungan promosi, kualitas sumber daya manusia, kompetensi SDM, loyalitas SDM, budaya organisasi, komitmen dan kompetensi pengurus, dukungan peralatan administrasi dan komunikasi serta sistem pengendalian akuntansi.
1.2) Faktor strategis eksternal merupakan peluang atau ancaman bagi LPD. Jika berpengaruh positip akan menjadi peluang, dan jika berpengaruh negatif akan menjadi ancaman. Faktor Strategis eksternal LPD Gianyar yang teridentifikasi terdiri dari laju pertumbuhan ekonomi, suku bunga pinjaman, dukungan permodalan dari pemerintah, inflasi, sikap masyarakat, budaya/adat istiadat masyarakat setempat, perkembangan
jumlah UMKM, perkembangan jumlah lembaga keuangan, kebijakan peraturan pemerintah, serta perkembangan teknologi informasi. 2) Posisi strategis LPD Kabupaten Gianyar pada saat ini memiliki daya saing kategori kuat dan daya tarik kategori sedang. Strategi yang sebaiknya diterapkan agar nantinya LPD Kabupaten Gianyar memiliki daya tarik kuat dan daya saing kuat adalah strategi Growth and Build (Strategi Bertumbuh dan Membangun) atau juga sama dengan strategi Empowerment and Growth. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disarankan kepada LPD Gianyar dimasa depan untuk menjadikan posisi Strategis LPD Gianyar memiliki daya tarik kuat dan daya saing kuat adalah sebagai
berikut 1) Strategi penetrasi pasar yang bisa dilakukan oleh LPD meliputi program kerja antara lain pertama, peningkatan nasabah (kredit dan dana pihak ketiga) tidak saja hanya dengan menunggu nasabah datang ke LPD, tetapi lebih aktif yang dilakukan dengan sistem
jemput bola kepada UMKM yang ada pada daerah wilayah LPD yang bersangkutan. Kedua, Peningkatan nasabah UMKM bekerjasama dengan manajemen lembaga adat yang ada pada masing-masing banjar (Kelian Adat, Prajuru Adat) dengan memberikan fee atas kinerjanya. Hal ini bisa dilakukan karena Kelian Adat dan Prajuru Adat, adalah orang yang
paling tahu tentang karakter nasabah yang berasal dari wilayah adatnya. Ketiga, pemberian insentif bagi UMKM yang memanfaatkan jasa LPD, baik sebagai sumber dana pihak ketiga (tabungan dan deposito), maupun sebagai debitur dan lain-lain, yang diberikan pertahun.
Saran 2) Strategi Pengembangan Produk, yang bisa dilakukan dengan program kerja sebagai berikut pertama, membiayai pendanaan UMKM dalam batas tertentu dengan sistem pola bagi hasil. Konsep pola bagi hasil sudah umum diterapkan pada perusahaan modal ventura kepada perusahaan pasangan usahanya. Bagi LPD sendiri konsep tersebut adalah merupakan konsep baru, yang mana pendanaan UMKM dibiayai oleh LPD, yang pengembaliannya pada saat UMKM bisa menghasilkan dana yang cukup. Konsep pola bagi hasil ini sangat sesuai bagi UMKM yang baru atau pun yang sedang tumbuh. Kedua, LPD tidak hanya sebagai lembaga intermediasi saja, tetapi melayani masyarakat pada jasa lain. Seperti contohnya pembayaran listrik dan air, yang selama ini sudah banyak dilakukan oleh
LPD, kedepan bisa diperluas dengan memberikan jasa pelayanan pembayaran pajak seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Ketiga, membiayai pendanaan masyarakat dalam pembelian peralatan rumah tangga, alat pendidikan dan kendaraan bermotor, dengan tetap memperhatikan minimum kas yang harus dipegang LPD. Keempat, peningkatan dana pihak ketiga yang relatif aman untuk jangka panjang, LPD bisa mengembangkan tabungan berjangka. Seperti contohnya program hari tua, program pendidikan, program upacara dan
lain-lain. Dengan tabungan berjangka diharapkan LPD memiliki dana likuiditas yang aman untukjangka panjang yang bisa dipergunakan untuk hal
yang produktif.


REFERENSI
David, Fred R. (2006). Strategic Management,
Concepts and Cases. Pearson Prentice Hall.
Dyer, J., J.P.Morrow, and R. Young, (2004). “The
Agricultural Bank of Mongolia”, Consultative
Group to Assist the Poor World Bank Financial
Sector Network, Global Learning Process for
Scaling Up Poverty Reduction and Conference
in Shanghai, May 25-27, 2004.
Gunawan, Ketut (2009). Analisis Faktor Kinerja
Organisasi Lembaga Perkreditan Desa di Bali
(Suatu Pendekatan Perspektif Balanced Scorecard),
Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, VOL.11`,
NO. 2, Pp 172-182, Denpasar.
Gunawan, Ketut (2009). Pengaruh Budaya Organisasi,
Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Gaya
Kepemimpinan Dan Kinerja Organisasi (Studi Pada
Lembaga Perkreditan Desa Di Bali) (2009).Desertasi
Program Doktor Ilmu Manajemen, Malang
Mantra, I B. 1988. Bhagawadgita, Pemda Tk I
Bali, proyek penyuluhan dan penerbitan Buku
Agama, Jakarta
Pantoro, Setyo (2008) Pendekatan Pengembangan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan
Implikasinya, micro finance
Pemerintahan Daerah Provinsi Bali. 2002. Peraturan
Daerah Provinsi No. 8, Tahun 2002.
Pemerintahan Daerah Tingkat I Bali. 1986. Peraturan
Daerah Tingkat I Bali No.06 Tahun 1996.
Perda Nomor 8 tahun 2002 tentang Lapangan usaha
Lembaga Perkreditan Desa
Ramantha, (2006). Menuju LPD yang Sehat,
Buletin Studi Ekonomi, Volume 11 Nomor
1, Denpasar.
Riana, Gede., Mudiartha Utama, Waya., dan Mujiati,
Ni Wayan (2011). Peran Kepuasan Kerja Dan
Kepemimpinan Sebagai Mediasi Pengaruh
Motivasi Kerja Dengan Kinerja Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Di Kabupaten
Jembrana, Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Siu, Peter, “Increasing Access to Microfinance
Using Information and Communications
Technologies”, Chemonics International.
Umar, Husein. 2003. “Metode Riset Perilaku
Organisasi”, PT Gramedia Pustaka Utama.
Zaman, Hasan, 2004. “Microfinance in Bangladesh:
Growth, Achievements, and Lessons”,
Consultative Group to Assist the Poor World
Bank Financial Sector Network, Global Learning
Process for Scaling Up Poverty Reduction an
Conference in Shanghai, May 25-27, 2004

Minggu, 05 April 2015

soal 3. Bab 7 

sebutkan konsep - konsep tentang pendapatan nasional?

jawab :


  • Produk Domestik Bruto (GDP)
    Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
  • Produk Nasional Bruto (GNP)
    Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

  • Pendapatan Nasional Neto (NNI)
    Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
  • Pendapatan Perseorangan (PI)
    Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
  • Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
    Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Sabtu, 04 April 2015

Soal 2. Bab 6

Apa yang dimaksud dengan pasar?

Jawab :

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.
Soal 1. Bab 5
Konsep laba apabila dilihat dari sisi kelompok yang menerimanya terdapat 5 konsep laba,apa sajakah itu?

Jawab :

1.      Value added concept ofincome
Kelompok penerima: karyawan, kreditor, pemerintah.
2.      Enterprise’s net income
Kelompok penerima: pemegang saham, pemegang obligasi, pemerintah.
3.      Net income to investor
Kelompok penerima: pemegang saham dan pemegang obligasi.
4.      Net income to shareholder
Kelompok penerima: pemegang saham biasa dan pemegang saham istimewa.
5.      Net income to residual equity holder’s
Kelompok penerima: pemegang saham biasa.