MODEL PEMBERDAYAAN LEMBAGA
PERKREDITAN DESA (LPD)
SEBAGAI SUMBER PENDANAAN USAHA
MIKRO KECIL MENENGAH
(UMKM) DI KABUPATEN GIANYAR
Ni Luh Putu Wiagustini(1)
I Gusti Bagus Wiksuana(2)
Desak Ketut Sintaasih(3)
Ida Ayu Nyoman Saskara(4)
(1)(2)(3)(4)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Email: wiagustini@yahoo.com
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah mengidentifiksi
varibel-variabel penentu keberhasilan LPD dan merumuskan strategi pemberdayaan
dan program kerja LPD sebagai sumber pendanaan UMKM. Lokasi penelitian
dilakukan di Kabupaten Gianyar pada 142 LPD sebagai sampel penelitian, data
dianalisis dengan tehnik analisis SWOT
( Strenght, Weakness, Opportunity,
dan Threat ). Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa posisi
strategis LPD Kabupaten Gianyar pada saat ini memiliki daya saing kategori kuat
dan daya tarik kategori sedang. Strategi yang sebaiknya diterapkan agar
nantinya LPD Kabupaten Gianyar memiliki daya tarik kuat dan daya saing kuat
sebagai sumber pendanaan UMKM adalah strategi Growth and Build yang
meliputi (1) Strategi
penetrasi pasar yaitu peningkatan nasabah lebih aktif
melalui sistem jemput bola kepada UMKM yang ada pada daerah wilayah LPD yang
bersangkutan; (2) Pengembangan produk yaitu sebagai sumber pendanaan UMKM
dengan sistem pola bagi hasil.
Kata kunci : strategi growth and build,
sistem pola bagi hasil
Abstract
This research is aimed to indentify
the defining variables of the success of Village Installment Institution and composing
the empowerment strategy and work plan as founding source of Middle and Micro
Business. 142 Village Installment Institutions in Gianyar Regency are taken as
samples in this research. They are taken based on their performance by using
Stratified Random Sampling. In addition, SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
and Threat) is used as the analysis tool in this research. Based on the result
of analysis, it is
found that recently, Village
Installment Institution in Gianyar Regency has strong competitive quality and middle
attractive quality. The suggested strategies to improve the competitive and
attractive quality as Middle and Micro Founding Institution are Growth and
Build strategy. The strategy covers the market penetration strategy-active
improvement by using pick up system to middle and micro business in its area,
and product development – as middle and micro business founding source by using
profit sharing.
Keywords:
growth and
build strategy, profit sharing system.
PENDAHULUAN
Siu (2001) menjelaskan bahwa Micro Finance Institution
yang di Indonesia disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah
lembaga yang menyediakan jasa keuangan kepada masyarakat miskin
dan keluarga berpendapatan rendah (serta kegiatan usaha skala mikro
mereka), memungkinkan mereka mengelola dengan lebih baik resikonya,
mencapai pola konsumsi yang konsisten, serta mengembangkan
basis ekonominya. Pantoro (2008) mengungkapkan bahwa latar belakang dibutuhkannya
LKM adalah; Pertama, sebagai salah satu instrumen dalam rangka mengatasi kemiskinan.
Masyarakat miskin pada umumnya mempunyai usaha skala mikro. Kedua, LKM dibutuhkan
karena menjadi salah satu instrumen pengembangan pasar keuangan mikro. Secara pragmatis,
pasar keuangan mikro merupakan aspek keuangan dari semua proses ekonomi di segmen
mikro yang meliputi segala sesuatu yang menyangkut tabungan dan kredit usaha. Salah
satu LKM yang ada di Bali adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD, adalah merupakan
jenis LKM milik desa adat/pekraman di Bali, yang keberadaannya pertama kali
dilandasi oleh Perda Tingkat I Bali No 06 Tahun 1986. LPD memiliki beberapa
tujuan (Mantra, 1986 :326) : (1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa
melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif; (2)
Memberantas sistem ijon, gadai gelap, dan lain-lain yang bisa disamakan dengan itu
di daerah pedesaan; (3) Menciptakan pemerataan dan kesempatan kerja bagi warga
pedesaan; (4)
Menciptakan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran
dan pertukaran di Desa. Keberadaan LPD menjadi lebih diperhatikan sebagai LKM,
terlihat dari Peraturan Daerah Provinsi Bali kembali mengeluarkan
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No 8. Tahun 2002 disertai Keputusan
Gubernur
yang mengatur pendirian, lapangan usaha, modal, organisasi,
rencana kerja dan anggaran, pelaporan dan pengawasan, serta pembinaan LPD.Penelitian
yang ada tentang LPD mengungkapkan bahwa Pemberdayaan LPD sangat berperan dalam
mendorong penggalian dana dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam rangka pembangunan pedesaan dalam arti luas. Gunawan, (2009);
menemukan bahwa budaya organisasi, gaya kepemimpinan, motivasi dan kepusan
kerja berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada LPD. Selanjutnya Riana et
al., (2011) menemukan bahwa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik berpengaruh
positip signifikan terhadap kepemimpinan dan kepusan kerja; Motivasi belum mampu
meningkatkan kinerja LPD itu sendiri; pada sisi lain motivasi berpengaruh
positip signifikan terhadap kinerja LPD melalui kepemimpinan dan kepuasan
kerja. Ramantha, (2006) mengungkapkan jika Kesehatan LPD dinilai dengan
menggunakan CAMEL, perlu disadari bahwa kelima komponen
tersebut memiliki hubungan yang sangat eratantara yang
satu dengan yang lain, tidak satu pun di antara komponen tersebut yang bisa
diabaikan walaupun komponen yang lain memiliki bobot yang sangat tinggi.
Selanjutnya Gunawan (2009), juga melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor
Kinerja Organisasi Lembaga Perkreditan Desa di Bali (Suatu Pendekatan Perspektif
Balanced Scorecard), menemukan bahwa faktorfaktor perspektif finansial,
perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor
yang mempengaruhi kinerja organisasi LPD dan perspektif finansial merupakan faktor
yang paling dominan mempengaruhi kinerja organisasi LPD. Penelitian tentang LPD
yang telah diuraikan, menekankan pada aspek pengelolaan organisasi dikaitkan
dengan kinerja LPD, pengukuran kinerja LPD dengan pendekatan Balance
Scorecard, dan penilaian kesehatan LPD dengan CAMEL. Kajian-kajian tersebut
belum ada yang mengungkapkan bagaimana model pemberdayaan LPD sebagai sumber
pendanaan UMKM, sehingga diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini memfokuskan kajian
tentang bagaimana model pemberdayaan LPD sebagai sumber pendanaan UMKM. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel penentu
keberhasilan LPD dan merumuskan strategi pemberdayaan dan program kerja LPD
sebagai sumber pendanaan UMKM. Manfaat teoritis yang diharapkan penelitian ini
adalah dapat memberikan kontribusi dalam bentuk empiris pada teori penguatan
LKM, khususnya LPD di Bali serta manfaat praktis bagi LPD sendiri dan Pengawas LPD
(PT Bank Pembangunan Daerah Bali dan Pengawas Lembaga Perkreditan Desa
Kabupaten),
diharapkan dapat memberikan informasi, sebagai dasar
pengambilan keputusan tentang pengembangan LPD dimasa yang akan datang.
METODE
Kabupaten Gianyar sebagai lokasi penelitiana ini, karena
jumlah UMKM yang ada di Kabupaten Gianyar paling Banyak di Bali. Populasi
adalah seluruh LPD di Kabupaten Gianyar yang berjumlah 219 unit. Sampel diambil
sebanyak 142 unit dengan menggunakan menggunakan rumus slovin (Umar, 2003:108)
yaitu :
Keterangan :
n = ukuran sample
N = ukuran populasi
e = prosentase kelonggaran kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir (5%)
Berdasarkan rumus slovin, maka besarnya
sampel penelitian :
Pengambilan sampel dengan Stratified Random Sampling,
berdasarkan atas status kesehatan LPD yang memiliki katagori sangat
sehat, sehat, dan cukup sehat sesuai data Bank BPD Bali sebagai pembina
teknis LPD di Bali. Stratified Random Sampling dipergunakan untuk
mendapatkan data yang representatif pada masing-masing LPD berdasarkan
tingkat kesehatannya. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner
dan Teknik analisis data adalah dengan
Analisis SWOT, yang merupakan analisis terhadap variabel
lingkungan suatu perusahaan atau industri yang dapat menciptakan strength,
weakness, opportunity dan Threat. Analisis SWOT terhadap
LPD di Kabupaten Gianyar terdiri beberapa tahapan yaitu sebagai berikut 1) mengidentifikasi
faktor-faktor
strategis. Merupakan
tahap pertama yang dilakukan dalam
analisis SWOT yaitu melakukan identifikasi faktor-faktor
strategis LPD baik dari lingkungan internal
maupun eksternal. 2) memberikan pembobotan
terhadap faktor-faktor strategis. Pembobotan
diberikan oleh tim penilai berdasarkan tingkat
kepentingan dari pengaruh faktor-faktor strategis
terhadap kesuksesan perusahaan. Total nilai
pembobotan untuk seluruh komponen faktor faktor strategis
masing-masing adalah 1,00 untuk lingkungan
internal dan eksternal. 3) penilaian terhadap
faktor-faktor strategis. Setelah dilakukan pembobotan,
selanjutnya tim penilai memberikan penilaian
pada masing-masing indikator strategis dengan
menggunakan skala likert dimana tim penilai diminta untuk memberikan nilai
terhadap setiap
indikator faktor
strategis dengan memilih salah satu dari
4 skala berjenjang yaitu :Sangat baik, dengan nilai
4; Baik, dengan nilai 3; Kurang, dengan nilai 2;
Sangat kurang, dengan nilai 1. 3) menentukan rentang
nilai/interval. Rentang nilai ini diperlukan untuk memposisikan lingkungan
eksternal pada peluang dan ancaman serta lingkungan internal pada kekuatan dan
kelemahan. Untuk menentukan interval dipergunakan rumus sebagai berikut :
Interval = Rentang Nilai
Kelas

4
= 0,75
Sedangkan garis pembatas (cut point)
adalah :
Cut Point = Total Nilai Kelas

4

4
= 2,5
Jadi nilai yang diperoleh di atas 2,5
merupakan peluang dan kekuatan, sedangkan jika nilai yang diperoleh di bawah
2,5 maka merupakan ancaman dan
kelemahan. 4) Memposisikan nilai yang diperoleh
dalam diagram Matrik Internal dan Eksternal (IE). Hasil dari skor masing-masing
faktor dimasukkan ke dalam matrik internal dan eksternal untuk mengetahui
posisi Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Gianyar, setelah dimasukkan kemudian
dapat ditentukan strategi pemberdayaan yang tepat sesuai dengan kondisi
lingkungan perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi faktor-faktor
strategis yang menentukan
keberhasilan LPD,
Penentuan faktor-faktor strategis yang menentukan
keberhasilan LPD, dalam penelitian ini
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada pihak yang
kompeten atau memahami tentang kinerja LPD, yang meliputi akademisi, praktisi LPD
(manajer KUD), pengawas LPD dalam hal ini adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bali dan Pengawas Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten (PLPDK), dengan jumlah
keseluruhan yang mengisi kuesioner adalah 20 orang yang terdiri dari 9 orang
akademisi, 6 orang Praktisi, dan 5 orang pengawas. Jumlah tersebut dianggap
mewakili, karena permasalahan LPD relatif homogen dan orang-orang tersebut
sangat memahami tentang keberadaan LPD baik saat ini maupun prediksinya dimasa
yang akan datang. Faktor-faktor strategis yang teridentifikasi menentukan
keberhasilan LPD yang terdiri dari faktor strategis internal dan eksternal,
yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menggambarkan bahwa ada 13 faktor
strategis internal dan 10 faktor strategis eksternal yang teridentifikasi menentukan
keberhasilan LPD. Faktor strategi internal atau sering disebut faktor
lingkungan internal akan menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan/industri
yang bersangkutan. Jika faktor lingkungan internal berpengaruh positif akan menjadi
kekuatan, dan bila berpengaruh negatif akan menjadi kelemahan. Faktor strategis
eksternal yang disebut juga faktor lingkungan eksternal merupakan peluang atau
ancaman bagi perusahaan/industri. Jika berpengaruh positif
akan menjadi peluang, dan jika berpengaruh negatif akan
menjadi ancaman.
Tabel 2. Faktor Srategis Internal
dan Eksternal Penentu Keberhasilan LPD
Sumber: berbagai pendapat dan publikasi, dikembangkan
untuk penelitian
No Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Eksternal
1 Jumlah Kredit yang disalurkan Laju pertumbuhan ekonomi
Bali
2 Jumlah Dana Pihak Ketiga (Tabungan dan Deposito) Suku
bunga pinjaman
3 Tingkat bunga Kredit LPD Dukungan permodalan dari
Pemerintah
4 Kebijakan penyaluran kredit Inflasi
5 Kualitas pelayanan Sikap masyarakat
6 Dukungan promosi Budaya /istiadat masyarakat Setempat
7 Kualitas sumber daya manusia Perkembangan jumlah UMKM
8 Kompetensi SDM Perkembangan jumlah lembaga keuangan
9 Loyalitas SDM Kebijakan pemerintah daerah
10 Budaya Organisasi (LPD) Perkembangan teknologi
informasi
11 Komitmen dan kompetensi pengurus
12 Dukungan peralatan administrasi dan komunikasi
13 Sistem Pengendalian akuntansi
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan atas uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan
1) Varibel-variabel penentu
keberhasilan LPD sebagai sumber pendanaan UMKM terdiri
dari faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal. 1.1) Faktor
strategis internal akan menjadi kekuatan atau kelemahan LPD yang bersangkutan.
Jika faktor lingkungan internal berpengaruh positip akan menjadi kekuatan, dan bila
berpengaruh negatip akan menjadi kelemahan. Faktor strategis internal LPD
Kabupaten Gianyar yang teridentifikasi terdiri dari jumlah kredit yang
disalurkan, jumah dana pihak ketiga, tingkat bunga kredit
LPD, kebijakan penyaluran kredit, kualitas pelayanan, dukungan promosi,
kualitas sumber daya manusia, kompetensi SDM, loyalitas SDM, budaya organisasi,
komitmen dan kompetensi pengurus, dukungan peralatan administrasi dan komunikasi
serta sistem pengendalian akuntansi.
1.2) Faktor strategis eksternal merupakan peluang atau
ancaman bagi LPD. Jika berpengaruh positip akan menjadi peluang, dan jika
berpengaruh negatif akan menjadi ancaman. Faktor Strategis eksternal LPD Gianyar
yang teridentifikasi terdiri dari laju pertumbuhan ekonomi, suku bunga
pinjaman, dukungan permodalan dari pemerintah, inflasi, sikap masyarakat,
budaya/adat istiadat masyarakat setempat, perkembangan
jumlah UMKM, perkembangan jumlah lembaga keuangan, kebijakan
peraturan pemerintah, serta perkembangan teknologi informasi. 2) Posisi strategis
LPD Kabupaten Gianyar pada saat ini memiliki daya saing kategori kuat dan daya tarik
kategori sedang. Strategi yang sebaiknya diterapkan agar nantinya LPD Kabupaten
Gianyar memiliki daya tarik kuat dan daya saing kuat adalah strategi Growth
and Build (Strategi Bertumbuh dan Membangun) atau juga sama dengan strategi
Empowerment and Growth. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disarankan
kepada LPD Gianyar dimasa depan untuk menjadikan posisi Strategis LPD Gianyar
memiliki daya tarik kuat dan daya saing kuat adalah sebagai
berikut 1) Strategi penetrasi pasar yang bisa dilakukan oleh
LPD meliputi program kerja antara lain pertama, peningkatan nasabah (kredit dan
dana pihak ketiga) tidak saja hanya dengan menunggu nasabah datang ke LPD,
tetapi lebih aktif yang dilakukan dengan sistem
jemput bola kepada UMKM yang ada pada daerah wilayah LPD
yang bersangkutan. Kedua, Peningkatan nasabah UMKM bekerjasama dengan manajemen
lembaga adat yang ada pada masing-masing banjar (Kelian Adat, Prajuru Adat)
dengan memberikan fee atas kinerjanya. Hal ini bisa dilakukan karena Kelian
Adat dan Prajuru Adat, adalah orang yang
paling tahu tentang karakter nasabah yang berasal dari
wilayah adatnya. Ketiga, pemberian insentif bagi UMKM yang memanfaatkan jasa
LPD, baik sebagai sumber dana pihak ketiga (tabungan dan deposito), maupun
sebagai debitur dan lain-lain, yang diberikan pertahun.
Saran 2) Strategi Pengembangan Produk, yang bisa
dilakukan dengan program kerja sebagai berikut pertama, membiayai pendanaan
UMKM dalam batas tertentu dengan sistem pola bagi hasil. Konsep pola bagi hasil
sudah umum diterapkan pada perusahaan modal ventura kepada perusahaan pasangan
usahanya. Bagi LPD sendiri konsep tersebut adalah merupakan konsep baru, yang mana
pendanaan UMKM dibiayai oleh LPD, yang pengembaliannya pada saat UMKM bisa
menghasilkan dana yang cukup. Konsep pola bagi hasil ini sangat sesuai bagi
UMKM yang baru atau pun yang sedang tumbuh. Kedua, LPD tidak hanya sebagai lembaga
intermediasi saja, tetapi melayani masyarakat pada jasa lain. Seperti contohnya
pembayaran listrik dan air, yang selama ini sudah banyak dilakukan oleh
LPD, kedepan bisa diperluas dengan memberikan jasa
pelayanan pembayaran pajak seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Ketiga,
membiayai pendanaan masyarakat dalam pembelian peralatan rumah tangga, alat
pendidikan dan kendaraan bermotor, dengan tetap memperhatikan minimum kas yang
harus dipegang LPD. Keempat, peningkatan dana pihak ketiga yang relatif aman untuk
jangka panjang, LPD bisa mengembangkan tabungan berjangka. Seperti contohnya
program hari tua, program pendidikan, program upacara dan
lain-lain. Dengan tabungan berjangka diharapkan LPD
memiliki dana likuiditas yang aman untukjangka panjang yang bisa dipergunakan
untuk hal
yang produktif.
REFERENSI
David, Fred R. (2006). Strategic Management,
Concepts and Cases. Pearson Prentice
Hall.
Dyer, J., J.P.Morrow, and R. Young, (2004). “The
Agricultural Bank of Mongolia”,
Consultative
Group to Assist the Poor World Bank
Financial
Sector Network, Global Learning
Process for
Scaling Up Poverty Reduction and
Conference
in Shanghai, May 25-27, 2004.
Gunawan, Ketut (2009). Analisis Faktor Kinerja
Organisasi Lembaga Perkreditan Desa di
Bali
(Suatu Pendekatan Perspektif Balanced
Scorecard),
Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,
VOL.11`,
NO. 2, Pp 172-182, Denpasar.
Gunawan, Ketut (2009). Pengaruh Budaya Organisasi,
Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja
Terhadap Gaya
Kepemimpinan Dan Kinerja Organisasi
(Studi Pada
Lembaga Perkreditan Desa Di Bali)
(2009).Desertasi
Program Doktor Ilmu Manajemen, Malang
Mantra, I B. 1988. Bhagawadgita, Pemda
Tk I
Bali, proyek penyuluhan dan penerbitan
Buku
Agama, Jakarta
Pantoro, Setyo (2008) Pendekatan Pengembangan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan
Implikasinya, micro finance
Pemerintahan Daerah Provinsi Bali.
2002. Peraturan
Daerah Provinsi No. 8, Tahun 2002.
Pemerintahan Daerah Tingkat I Bali.
1986. Peraturan
Daerah
Tingkat I Bali No.06 Tahun 1996.
Perda Nomor 8 tahun 2002 tentang Lapangan
usaha
Lembaga Perkreditan Desa
Ramantha, (2006). Menuju LPD yang
Sehat,
Buletin Studi Ekonomi, Volume 11 Nomor
1, Denpasar.
Riana, Gede., Mudiartha Utama, Waya., dan Mujiati,
Ni Wayan (2011). Peran Kepuasan Kerja
Dan
Kepemimpinan Sebagai Mediasi Pengaruh
Motivasi Kerja Dengan Kinerja Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Di Kabupaten
Jembrana,
Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Siu, Peter, “Increasing Access to Microfinance
Using Information and Communications
Technologies”, Chemonics
International.
Umar, Husein. 2003. “Metode Riset Perilaku
Organisasi”, PT Gramedia Pustaka
Utama.
Zaman, Hasan, 2004. “Microfinance in
Bangladesh:
Growth, Achievements, and Lessons”,
Consultative Group to Assist the Poor
World
Bank Financial Sector Network, Global
Learning
Process for Scaling Up Poverty
Reduction an
Conference in Shanghai, May 25-27,
2004